Gamla Ullevi Gothenborg Swedia, 23 Juli 2016, Khairul Iman Zakiri,
Reyhan Syaviano dan Egy Maulana Vikri memberondong gawang IF Elfsborg,
lawan hanya mampu membalas 1 gol. Peluit panjang berbunyi. Pertama dalam
sejarah, Indonesia juara dunia !
Ya juara dunia…Sejak berdirinya PSSI 19 April 1930, baru kali ini
Indonesia meraih gelar juara dunia di salah satu turnamen FIFA. Gothia
Cup adalah kejuaraan dunia junior terbesar di dunia, yang sudah
berlangsung sejak tahun 1975 di Gothenborg Swedia. Acara ini sejak
dimulainya memang sudah sangat spektakuler karena selain menjadi ajang
kompetisi junior, acara ini mengembang misi persahabatan sedunia. Pada
ajang pertamanya, dihadiri 275 tim dari 5 negara yang memainkan 700
pertandingan di 16 lapangan rumput eksotik di Valhalla, surga Odin All Father bangsa Viking.
Zlatan Ibrahimovic dan Alan Shearer adalah contoh pemain dunia alumni
kejuaraan ini. Pada tahun 2016 ini berkumpul 1709 tim dari 80 negara
yang memainkan 4170 pertandingan di lebih dari 100 lapangan!
Gothia Cup adalah kejuaraan dunia junior terbuka dari umur 11 sampai 18
tahun. Peserta bisa berasal dari klub yang tergabung dalam asosiasi
sepakbola yang berafiliasi ke FIFA atau tim yang berafiliasi dengan
sekolah sepakbola (SSB). Segera setelah Indonesia terbebas dari sangsi
FIFA 13 Mei 2016, sejumlah sekolah sepakbola membentuk tim, yang
kemudian dengan dukungan beberapa sponsor berhasil menseleksi banyak
pemain dan membentuk 6 tim di kelompok umur (KU ) 13,14,15 dan 16 tahun.
Indonesia ASIOP (Akademi Sepakbola Intinusa Olah Prima) Apacinti
adalah tim yang ikut di U-15. Sebelum bertarung di Gothenborg, tim ini
sudah bersiap dengan mengikuti liga Kompas di Indonesia dan melakukan
ujicoba pertandingan di Oslo Norwegia
“Saya bilang ke anak-anak kita tidak punya target tapi bermainlah sebaik mungkin” (Benny Soetrisno, pendiri dan pembina ASIOP Apacinti).
Kelompok U-15 diikuti 229 klub dari 36 negara. Pada babak penyisihan,
para peserta dibagi menjadi 55 grup, dimana Indonesia tergabung pada
Grup 21 bersama dua klub Swedia Ahus Horna BK dan Gerdskens BK dan satu
klub Jerman, SC Nienstedsen. Tim Indonesia berangkat ke Gothenborg
melalui Oslo, dengan sambutan yang hangat dari duta besar Indonesia dan
staff serta warga Indonesia di negara Viking tersebut. Pada acara
pembukaan, tim memakai pakaian tradisional Indonesia.
Senin, 18 Juli 2016 pukul 17.30, pertandingan pertama Indonesia
melawan Ahus Horna BK di Kviberg 25 Oester. Belum 3 menit, Dennish Diaz
Himawan sudah mencetak gol pertama Indonesia dan astaga….menyusul 10 gol
lagi. 11 – 0 untuk Indonesia…Egy Maulana Vikri mencetak penttrik…Luar
biasa….Pernah tim senior kita buat skor sebesar itu???
Berikutnya Gerdskens BK dibantai 1 – 4, dan SC Nienstedsen disikat 0 –
3, dan Indonesia menjadi juara grup 21 dan maju ke babak playoff.
Selanjutnya Tim Indonesia berlaku seperti tim Magnificient Magyar
Hongaria di Piala Dunia 1954. Berturut-turut AFK Linkoping Vit Swedia
dibabat 5 – 0, lalu Mossens BK Swedia 4 – 1, Skara FC 3 – 0, Oppsal IF
Norwegia 5 – 1, dan PFC Botev Bulgaria 5 – 3 dan sampailah Indonesia ke
semifinal.
Lawan di semifinal adalah tim Jepang yang diwakili oleh JL Juniors di
Overasvallen, sebuah klub yang terkenal kuat , karena tim ini adalah
kumpulan pemain binaan klub besar di Jepang. Biasanya setiap Indonesia
bertanding, hanya dalam waktu 5 menit pertama sudah dapat menciptakan
gol, namun kali ini dalam babak pertama hanya memberi hasil kacamata. 8
menit memasuki babak kedua, sang top skor Indonesia Egy Maulana Vikri
menjebol gawang JL Junior, namun 4 menit kemudian Yusuke Aoki berhasil
membalas. Pertarungan menjadi seru dan menegangkan…namun 4 menit sebelum
bubar Vikri berhasil menjebol lagi gawang JL Junior 2 – 1….Indonesia
masuk Final !!
Gamla Ullevi Gothenborg Swedia, Sabtu, 23 Juli 2016, stadiun legendaris
Swedia yang pada tahun 1958 menjadi saksi Pele dengan “Ginga Style”
menjebol gawang tuan rumah, gol terindah sepanjang final Piala Dunia,
dan membawa Brasil menjadi juara dunia untuk pertama kali. Di stadion
inilah Indonesia menghadapi klub tuan rumah IF Elfsborg.
Cobaan datang sejak awal hari, ketika tim sampai ke halte bus untuk
menuju stadion, ternyata karena Sabtu hari libur, maka schedule bis
lebih lambat 20 menit dari biasanya. Karena terlambat maka official tim
akhirnya berembuk untuk menentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut. Akhirnya diputuskan bahwa tim tetap akan
menunggu bus yang jadwalnya lebih lambat 20 menit dari biasanya.
“Kami yakin di Swedia semua bis tiba tepat pada waktunya….” Ade Prima (Direktur Tim)
Dan tentu saja bis yang ditunggu datang tepat waktu, sehingga mereka
dapat segera berangkat. Halte bis tempat mereka akan turun berjarak 500
meter dari stadion, karena merasa terlambat maka akhirnya diputuskan
bahwa mereka akan berlari menuju stadiun sekaligus pemanasan. Benar saja
panitia sudah menunggu tim yang memang datang terlambat, sehingga tanpa
basa-basi mereka langsung menuju ruang ganti.
“Ruang ganti tim sangat bagus” “Di masing-masing bangku sudah ada nama masing-masing pemain” Ade
Prima (Direktur Tim). Walau terlambat, sejak di kamar ganti putra-putra
kebanggan Indonesia sudah menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Akhirnya peluit pertandingan pun dibunyikan, dimulailah perhelatan
akbar tersebut. Indonesia memulai dengan baik, bahkan saat pertandingan
baru berjalan 4 menit, Firdas Hilmi mendapat peluang cantik namun tidak
berhasil membuahkan gol, namun 4 menit kemudian lahirlah sebuah gol dari
Indonesia yang dicetak Imam Zakiri saat memanfaatkan pantulan tendangan
bebas. Kurang dari 4 menit babak pertama berakhir, gol kedua kembali
tercipta dari tendangan Reyhan Syaviano, score berubah menjadi 2 – 0
untuk keunggulan Indonesia, dan bertahan sampai turun minum.
Pasukan peri tuan rumah berjuang mati-matian untuk mengejar
ketinggalannya, dan memperoleh beberapa peluang namun belum melahirkan
gol. 4 menit babak kedua berjalan, Egy Maulana Vikri, sang top skor,
kembali menjebol gawang pasukan peri 3 – 0. Luar biasa Vikri !…26
gol…dari 13 pertandingan beruntun!, lebih hebat dari Just Fontaine yang
cetak 14 gol dalam 1 piala dunia 1954, lebih hebat dari Miroslav Klose,
top skor piala dunia sepanjang masa dengan 16 gol, dan juga lebih hebat
dari Jairzinho, yang “cuma” mencetak 7 gol dari setiap 7 pertandingan di
piala dunia tahun 1970. Tidak salah akhirnya Egy Maulana Vikri, sang
anak Medan terpilih sebagai the Most Valuable Player (MVP) di kejuaraan
ini….
Tuan rumah hanya mampu membalas gol hiburan di menit 10 babak kedua
lewat Alexandar Ceganjac. Tuan rumah harus mengakui kegagahan Indonesia,
negara ke–20 yang menjuarai FIFA International Youth Cup. Tuan rumah
harus melihat Indonesia mengangkat trophy FIFA pertamanya, sama seperti
tuan rumah harus melihat Brasil dan Pele di stadiun yang sama mengangkat
Jules Rimet Cup untuk kali pertama 1958.
“This is incredible, fantastic. The boys
played very great this tournament. We have trained three months for
this, it’s a dream come true” (Ade Wellington ,Team Manager)
Selamat Datang Fajar Sepakbola Indonesia ! Unbeatable 45 gol dari 10 pertandingan !
Semoga bisa mengikuti jejak Brasil dan Pelenya yang meraih masa keemasan setelah meraih trophy pertamanya !
Sepenggal Kisah Saat Menyambut Sang Juara..
Tepat Pukul 16.30 Rombongan Tim Indonesia di Kejuaraan Dunia
Sepakbola Junior Gothia Cup 2016 yang diwakili oleh ASIOP tiba di
Bandara Soekarno – Hatta, disambut oleh keluarga dengan penuh haru dan
bangga dan sudah sejak pukul 14.00 mereka telah menunggu, selain pemilik
club Benny Soetrisno tak ketinggalan pula dari Kantor Staf Presiden
dari Deputi Komunikasi Eko Sulistio dan Tim tampak menjemput.
Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh keluarga pemain yang sudah menunggu
di depan pintu keluar terminal 2 E ini, suasana penuh bangga dan haru
terlihat menyelimuti suasana sore itu, semangat keluarga salah satu
pemain yang membawa rombongan ayah,ibu, adik, bude, tante dan tak
ketinggalan sang nenek pun ikut menjemput “saya kangen dengan cucu saya,
dia dan timnya sudah begitu luarbiasa dalam berjuang membela merah
putih, saya bangga sekali“ ujar nenek Fatimah yang menjemput salah satu
pemain Reyhan Syaviano pencetak Gol kedua saat laga final melawan tuan
rumah.
Lain halnya seperti yang diutarakan oleh salah satu orang tua pemain
yang turut mendampingi putranya berlaga di Swedia, totalitas tampak
sekali di wajah Fanny Irawan “ Kebetulan anak saya memang sekolah
akademi Sepakbola di Spanyol dan ikut membela Tim ini di Swedia, kalau
lihat perjuangan mereka saat bermain di turnament itu sampai
”merinding”, anak-anak ini sangat tangguh dan ngga gentar dengan lawan,
lawan terberat mereka di turnamen ini adalah Bulgaria yang memiliki
stamina yang prima dan juga Timnas Jepang yang sangat taktis dan cerdik
dalam bermain, tapi anak –anak mampu mengatasi dengan baik, luar biasa
mereka .“ ungkap Fanny
Begitu pula yang disampaikan Yahya asisten pelatih yang pernah
melatih di Arsenal Indonesia ini mengatakan “Anak-anak ini ngga boleh
berhenti disini, mereka harus tetap berlanjut, mereka adalah embrio –
embrio Tim Nasional Indonesia masa depan” ujarnya.
Acara temu kangen dengan keluarga sore itu diakhiri di sebuah restaurant
di seputar bandara , para pemain masing–masing mendapat hadiah sebuah
celengan ayam, terpancar wajah gembira dan cerianya anak–anak ini saat
menerima hadiah itu, tak ketinggalan pula dari wajah Egy Maulana Vikri
yang diganjar MPV dan Top Scorer dengan 26 golnya dalam 13 pertandingan “
Mas tolong sampaikan pesan saya untuk Presiden, kami telah berhasil
membuat Indonesia dan orangtua kami bangga, ini hadiah dari kami
anak–anak Indonesia untuk Kemerdekan dan kalau beliau berkenan kami
ingin bertemu Presiden “ ujar Egy, si anak Medan yang luar biasa ini
menitip pesan kepada tim kitanesia, seperti kita ketahui bersama
Presiden sangat mendukung sekali kemajuan sepakbola Indonesia, berbagai
jurus – jurus telah dilakukan untuk perkembangan dan kemajuan sepakbola
nasional.
Sore itu adalah sore yang sangat mengembirakan saat berkumpul dengan
keluarga dan kangennya mereka dengan masakan khas Indonesia, namun
mereka harus melanjutkan kembali perjalanan menuju Kemenpora yang
mendadak menghubungi tim untuk bisa berkunjung kesana, Kemenpora sendiri
tidak tampak hadir dalam penyambutan mereka, mudah-mudahan saja
Kemenpora yang harusnya menaungi mereka tidak selalu dadakan dalam
membuat perencanaan untuk masa depan sepakbola Indonesia.
sumber:kitanesia.co